Friday 4 November 2016

Muqaddimah

 Muqaddimah

Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW segera menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya. Diantara sahabat, ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada pula yang hanya menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan urutan surat dan ayat.

Ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Qur'an tidak terkumpul dalam satu buku (mushaf), melainkan tersimpan dalam dada para sahabat, terukir diatas lembar-lembar para penulis wahyu. Pada saat itu para penghafal al-Qur'an sangat banyak, dan ada yang hafal secara keseluruhan.

Ketika Abu Bakar --khalifah pertama—memberantas kaum murtadin dan pendukung nabi palsu; Musailamah, banyak dari penghafal al-Qur'an gugur sebagai Syahid, hingga Abu Bakar khawatir hal ini akan mengakibatkan lenyapnya al-Qur'an dari muka bumi.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Umar bin Al-Khattab adalah sahabat yang mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya adalah sesuainya pendapat Umar dengan wahyu yang akan diturunkan, seperti masalah disunahkannya shalat sunah di maqam Ibrahim. Dalam masalah ini beliau menyarankan agar segera dilakukan pengumpulan Al-Quran dalam sebuah buku. Melalui usaha keras akhirnya saran Umar ini diterima Abu Bakar menerimanya dan segera memerintahkan Zaid bin Tsabit, pemuda cerdas penulis wahyu untuk Rasulullah SAW, untuk membukukan al-Qur'an. Dengan pembukuan Al-Qur'an ini maka sempurnalah apa yang terkandung dalam firman Allah:

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون

"Sesunggunya kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami akan melindunginya".

Al-Quran yang telah dikumpulkan berdasar hafalan-hafalan para sahabat, tulisan-tulisan yang tercerai berai di atas bebatuan, kulit-kulit unta dan lembar-lembar daun kurma, disimpan di kediaman Abu Bakar, lalu Hafshah binti Umar. Mushaf Abu Bakar ini adalah mushaf Al-Qur'an yang memasukkan 7 bacaan, sesuai dengan riwayat shahih tentang bacaan al-Quran, Mushaf ini dikenal dengan mushaf bakriyah.

Pada saat Utman bin Affan RA memerintah Islam, beliau melihat banyaknya perbedaan dalam bacaan dan penulisan al-Qur'an, sebabkan tersebarnya para qari'in di berbagai kota, hingga menimbulkan bacaan al-Qur'an dengan bermacam-macam dialek. Kemudian beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin al-'Ash, dan Abdurrahman bin Harits bin Hasyim untuk menulis kembali Al-Qur'an dengan rujukan mushaf al-bakriyah yang berada di kediaman Hafshah. Penulisan kedua ini didasarkan pada dialek arab suku Quraisy dan berarti Utsman menyisakan hanya satu bacaan dari tujuh bacaan al-Qur'an yang diturunkan.  Alasannya ialah karena memang Al-Qur'an diturunkan dengan lughat bangsa Quraisy. Dengan tindakan ini seluruh mushaf al-Qur'an yang berbeda dengan tulisan keempat sahabat tersebut dibakar untuk menghindari perbedaan yang akan menimbulkan perpecahan. Sementara Mushaf Bakriyah dikembalikan lagi ke Sayyidah Hafshah. 

Mushaf ini diperbanyak dan dikirim diberbagai kota penting di wilayah kekuasaan Islam. Mushaf ini terkenal dengan sebutan mushaf utsmani atau rasm utsmani. Kejadian ini terjadi pada tahun 25 Hijriyah.

No comments:

Post a Comment